bismillah.......
Asbabun nuzul adalah sebab-sebab
turunnya al-Qur'an; atau suatu peristiwa yang menggambarkan tentang sejarah
turunnya al-Qur'an sesuai dengan situasi saat itu. Juga menetapkan hal ihwal
kejadian-kejadian yang berlaku sekarang dan untuk masa yang akan datang.
Dalam hal ini, Ibnu Taimiyah
berpendapat, "Bahwa mengetahui asbabun nuzul suatu ayat al-Qur'an dapat
membantu kita memahami pesan-pesan yang dikandung dalam ayat-ayat al-Qur'an. Pengetahuan ihwal asbabun nuzul suatu ayat memberikan dasar yang kokoh dalam menyelami kandungan ayat tersebut."
membantu kita memahami pesan-pesan yang dikandung dalam ayat-ayat al-Qur'an. Pengetahuan ihwal asbabun nuzul suatu ayat memberikan dasar yang kokoh dalam menyelami kandungan ayat tersebut."
Pandangan ini disadari oleh kaum
muslimin yang ingin memahami pesan-pesan yang dikandung pada setiap ayat dalam
al-Qur'an agar memahami betul tentang tempat, peristiwa, kisah-kisah, juga
tujuan diturunkannya ayat-ayat al-Qur'an agar tidak mengalami keraguan dalam
menafsirkan.
Karena itu, jika seseorang ingin
mempelajari tentang al-Qur'an secara detail maka is harus mengetahui tentang
asbabun nuzul agar dalam menafsiri ayat-ayat dalam al-Qur'an sesuai dengan
makna yang dikehendaki al-Qur'an.
Ada beberapa ulama yang mencoba
menyusun asbabun nuzul, di antaranya adalah Ali bin al-Madani, beliau adalah
guru al-Bukhari. Sesudah itu, ada al Wahidi dengan kitabnya Asbabun Nuzul.
Kemudian, al Ja'bari, yang meringkas kitab al-Wahidi dengan membuang
sanad-sanadnya.
Kemudian tidak ketinggalan karangan
Suyuthi yang berjudul Lubabul Maghulfi Asbabin Nuzul. Beberapa ulama tersebut,
berkehendak memberikan ketegasan lebih detail tentang makna ayat-ayat melalui
peristiwa atau kejadian juga seluk-beluk turunnya ayat-ayat al-Qur'an.
Di sini, ada ketegasan yang menjadi
landasan atau dasar bagi para ulama dalam memahami tentang sanad atau rawi
ketika mengetahui asbabun nuzul al-Qur'an yakni sahnya riwayat yang langsung
dari Nabi atau dari para sahabatnya.
Apabila dari sahabatnya, maka
kisahnya harus terang sehingga tidak menimbulkan pendapat yang berbeda. Sebab,
asbabun nuzul mengungkap tentang peristiwa turunnya al-Qur'an yang menyangkut
maksud diturunkannya ayat al-Qur'an agar sesuai dengan makna yang sebenarnya.
Sebagai contoh dalam Surat
alWaaqi'ah, misalnya: "Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan. Diturunkan dari Rabbil `alamiin. Maka apakab kamu menganggap remeh saja al-Qur'an ini? Kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan
Allah." (QS. al-Waaqi'ah: 79-82).
Dalam satu riwayat-yang saya kutip
dari kitab Asbabun Nuzul menjelaskan, ketika turun hujan pada masa itu,
Rasulullah Saw. bersabda: "Di antara manusia ada yang bersyukur dan ada
yang kafir karena turun hujan."
Di antara yang hadir berkata,
"Ini adalah rahmat yang diberikan oleh Allah untuk kita." Sedang yang
lain berkata, "Sungguh tepat ramalan si anu."
Dari kisah ini maka turunlah ayat
lain dalam Surat al-Waaqi'ah yang berbunyi:"Maka Aku bersumpah dengan masa
turunnya bagian-bagian al-Qur'an. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang
besar kalau kamu mengetahui.Sesungguhnya al-Qur'an ini adalah bacaan yang
sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh). " (QS. al-Waaqi'ah:
75-78).
Ayat di atas, tidak lain untuk
mengingatkan kaum yang sesat; bahwa semua yang terjadi itu atas kehendak Allah.
Manusia sama sekali tidak akan berdaya dengan segala kehendak yang terjadi,
baik sekarang maupun yang akan datang. (Diriwayatkan oleh Muslim yang bersumber
dari Ibnu Abbas).
Kemudian dalam riwayat lain juga
dijelaskan, bahwa ayat 75-82 dalam Surat al-Waaqi'ah turun berkenaan dengan
serombongan kaum Anshar waktu Perang Tabuk yang beristirahat di Hijr
(peninggalan kaum Shalih As.).
Mereka dilarang menggunakan air yang
ada di situ. Kemudian mereka pindah ke tempat lain, tetapi tidak mendapatkan
air sama sekali. Mereka mengadukan hal itu kepada Nabi Saw. yang kemudian
Rasulullah Saw. pun melakukan shalat dua rakaat dan berdoa.
Dari doa Nabi, kemudian langit
terlihat mendung, lalu hujan mengguyur bumi atas perintah dan karunia Allah,
sehingga mereka pun dapat minum sepuas-puasnya.
Seorang Anshar berkata kepada
seorang yang dituduh munafik, "Bagaimana pendapatmu setelah Nabi Saw.
berdoa dan turun hujan untuk kepentingan kita?" Orang itu menjawab,
"Kita diberi hujan tidak lain karena ramalan seseorang."
Dari kemunafikan itu, kemudian Allah
menurunkan ayat di atas untuk mengingatkan umat Islam bahwa segala sesuatu itu
ditetapkan oleh Allah Swt. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber
dari Abu Hazrah).
Kemudian dalam Surat al-Waaqi'ah
tepatnya dalam ayat 27-29: "Dan
golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu, berada di antara potion bidara yang tidak berduri, dan
pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). " (QS. al-Waaqi'ah: 27-29).
Ayat tersebut diriwayatkan, setelah
Rasulullah membolehkan orang-orang Tha'if untuk menguasai lembah indah yang
bersarang madu. Mereka mendapat kabar bahwa di surga, tempatnya seperti
lembah itu, sehingga dari sebagian mereka berangan-angan ingin mendapatkan
surga untuk dijadikan tempat abadinya.
Maka, dari sinilah kemudian turun
ayat 27-29 yang melukiskan kehidupan di Surga Na'im yang disediakan bagi
golongan kanan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Urwah bin
Ruwaim, tetapi mursal alias masih diragukan. Dan, diriwayatkan pula oleh Sa'id
bin Manshur di dalam sunannya dan al-Baihaqi di dalam kitab al-Ba'ts yang
bersumber dari `Atha' dan Mujahid).
Dalam riwayat lain juga dijelaskan, bahwa orang-orang kagum
melihat lembah yang teduh yang dinaungi pohon-pohon yang rindang dan indah.
Ayat ini (QS. al-Waaqi'ah ayat 14) turun melukiskan kehidupan di surga yang
serba indah dan menyenangkan. (Diriwayatkan oleh al-Baihagi dengan sanad yang
lain, yang bersumber dari Mujahid).
Sumber: Buku Bacalah Surat Al Waaqi'ah Maka Engkau Akan
Kaya
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda dibawah ini (Trisna Irianti)