Selamat Datang Risna's Simple Blog: 2018

Galeri

RESENSI SIRAH NABAWIYAH Part 1



Hasil gambar untuk buku sirah nabawiyah



Judul Buku : Sirah Nabawiyah
Penulis        : Syaikh Shafiyyurahman Al- Mubarakfuri
Penerbit      : Pustaka al- Kautsar
Tebal buku : 600 halaman
No ISBN   : 978-979-592-664-1
Isi:
   Posisi Bangsa Arab dan Kaumnya
    Pada hakikatnya istilah Sirah Nabawiyah merupakan ungkapan tentang risalah yang dibawa Rasulullah SAW  kepada manusia, untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya dari penyembahan terhadap hamba kepada penyembahan Allah.
   Posisi Bangsa Arab
   Menurut Bahasa, Arab artinya padang pasir, tanah gundul, dan gersang yang tiada airnya dan tanamannya.

   Kaum-kaum Bangsa Arab
1.      Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti Ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Imlaq. Arab A’ribah yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’arub Yasjub bin Qathan. Arab Musta’rabah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma’il.
      Tentang Arab Musta’rabah, cikal bakal Kakek mereka yang tertua adalah Ibrahim Alaihssalam yang berasal dari Irak. Sudah diketahui bersama bahwa Ibrahim Hijrah dari Irak termasuk ke Pakistan dan menjadikan negri tersebut sebagai pijakan dakwah beliau. Beliau banyak menyusuri negri ini dengan berharap belum akan sampai ke Mesir. Fir’aun, penguasa merekayasa dan memasang siasat buruk terhadap istri beliau, Sarah. Namun Allah justru mengembalikannya kelehernya sendiri. Hingga akhirnya Fir’un tau kedekatan hubungan Sarah dengan Allah SWT. Dengan begitu dia menghadiakan putrinya yaitu Hajar menjadi pembantu Sarah dan akhirnya  Sarah menikahkan Hajar dengan Ibrahim.
   Ibrahim AS kembali ke Palestina dan Allah menganugrahkan Isma’il dari Hajar. Sarah pun terbakar api cemburu. Dia memaksa Ibrahim untuk melenyapkan Hajar dan putrnya yang masih kecil, Isma’il. Maka  Ibrahim membawa keduanya ke Hijaz dan menempatkan mereka berdua disuatu semacam lembah dan menaruh mereka berdua di tempat tersebut tempat yang hanya gundukan-gundukan tanah, gersang taka da satupun orang. Rasa gelisah pun meliputi perasaan Ibrahim kemudian menaruh putranya Ismail didalam tenda, tepatnya dekat mata air Zam-zam , lalu kemudian Ibrahim kembali ke Palestina. Beberapa hari kemudian bekal mereka termasuk air telah habis. Sementara tidak ada satu pun mata air yang mengalir. Tiba-tiba berkat izin Allah mata air zam-zam memancar berkat karunia Allah, sehingga bisa menjadi sumber penghidupan bagi mereka berdua disaat kesulitan Allah menunjukkan kekuasaannya. Kini Air zam-zam tersebut tidak pernah habis hingga saat ini.
     Allah SWT telah menyebutkan didalam Al-Qur’an, bahwa Ibrahim bermimpi saat tidurnya bahwa beliau akan menyembelih anaknya yang ia kasihi, yakni Isma’il. Maka dari itu beliau bangun dari tidurnya dan ingin melaksanakan apa yang ia mimpikan yang dianggap sebaga8 sebuah perintah dari Allah.
    Dari rentetan berbagai kisah ini menunjukkan bahwa peristiwa tentang mimpi Ibrahim ini terjadi sebelum kelahiran Ishaq. Sebab kabar gembira tentang kelahiran Ishaq disampaikan setelah kejadian kisah ini.
      Cerita tersebut  menyatakan bahwa peristiwa itu terjadi sebelum Isma’il menginjak remaja. Isma’il pun mempelajari Bahasa Arab dari kabilah Jurhum. Karena merasa tertarik kepadanya, maka mereka menikahkan dengan salah seorang wanita dari golongan mereka.
      Suatu ketika Ibrahim hendak menjenguk keluarga yang ditinggalkannya. Maka beliau datang setelah usai pernikahan itu. Ketika tiba dirumah Isma’il, Ibrahim tak menemukan anaknya dirumahnya maka kemudian bertanyalah kepada istrinya, bagaimanakah keadaan mereka berdua. Istrinya pun menjawab dengan nada mengeluhkan kehidupan merekaa yang susat lagi melarat. Maka sebelum pulang Ibrahim menitipkan pesan kepada anaknya melalui istrinya untuk disampaikan ke Ismail mengubah palang pintu rumahnya. Maka Ismail menceraikan istrinya dan menikah lagi dengan wanita lain yaitu putri Mudhadh bin Amru, pemimpin dan pemuka kabila Jurhum.
  Setelah pernikahan Isma’il yang kedua ini, Ibrahim datang lagi, namun Ismail tidak sedang berada dirumah. Beliau bertanya kepada Istri Ismail yang kedua tentang bagaimana keadaan hidup rumah tangga mereka. Istrinya pun menjawab adalah pujian kepada Allah. Maka kembalilah lagi Ibrahim ke Palestina setelah menitipkan pesan lewat Istrinya Ismail. Agar memperkuat palang pintu rumahnya ini.