Selamat Datang Risna's Simple Blog: Asal Mula 4 September Sebagai Hari Jilbab Sedunia

Galeri

Asal Mula 4 September Sebagai Hari Jilbab Sedunia




Gambar: Facebook "Women Against the War on Hijab" 
Gambar: Facebook "Women Against the War on Hijab"
    Bismillah...
 4 September diperingati sebagai Hari Jilbab Sedunia atau World Hijab Day. Keputusan untuk menjadikan hari ini sebagai hari khusus untuk Muslimah berjilbab terjadi pada tahun 2004 silam di Inggris. Di hari itu, ratusan orang yang berasal dari berbagai lembaga internasional berkumpul untuk melakukan konferensi menyusul pelarangan jilbab di Prancis.Di awal tahun 2004, pemerintah Prancis mengeluarkan sebuah peraturan kontroversial mengenai pelarangan penggunaan simbol keagamaan di sekolah, termasuk juga jilbab. Pelarangan itu menimbulkan reaksi keras dari umat Islam di seluruh dunia dan melahirkan berbagai aksi untuk mengecam keputusan pemerintah Prancis ketika itu.
Keputusan yang dipelopori PM Jean-Pierre Raffarin itu juga didukung oleh Presiden Prancis, Jacques Chirac yang berdalih bahwa pelarangan simbol keagamaan adalah untuk mempertahankan sistim pemerintahan Prancis yang sekuler.

Umat Islam tentunya tidak menerima keputusan itu dan mulai melakukan aksi demonstrasi. Pada pertengahan Januari 2004, ribuan orang memenuhi jalan-jalan di Eropa dan Timur Tengah untuk memprotes rencana pemerintah Prancis dinilai melanggar hak asasi itu. 

Pada 7 Februari 2004, Muslim Prancis yang dikoordinasi oleh Movement for Justice and Dignity menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung Majelis Nasional Prancis. Sekitar 10.000 orang terlibat dalam aksi ini yang juga didukung oleh perwakilan kelompok-kelompok agama dan aktivis HAM.
Arus penolakan terhadap keputusan pemerintah Prancis itu membawa perwakilan lembaga internasional untuk berkumpul dan melaksanakan konferensi di London, Inggris. Sekitar 300 orang delegasi yang mewakili organisasi dari Inggris maupun internasional berkumpul di London. 

Konferensi internasional yang mengusung nama the Assembly Protection of Hijab (pro-hijab) ini dibuka langsung oleh walikota London, Ken Livingstone, yang dikenal cukup vokal dalam membela hak-hak Muslim Inggris dalam kebebasan untuk menjalankan ajaran Islam, termasuk juga permasalahan jilbab. Dalam konferensi ini hadir pula tokoh Islam internasional seperti Dr. Yusuf Qardhawi dan Prof. Tariq Ramadan.
Beberapa keputusan lahir dari konferensi ini. Di antaranya menetapkan dukungan terhadap jilbab, rencana aksi untuk membela hak Muslimah agar tetap dapat menggunakan busana Muslimah, dan penetapan 4 September sebagai Hari Solidaritas Jilbab Internasional. 

Tanggal itulah yang terus diperingati hingga kini sebagai Hari Jilbab Sedunia. Karena meskipun di Indonesia Muslimah telah memiliki kebebasan dalam mengenakan busana takwa ini, tapi tidak demikian dengan Muslimah di luar sana, khususnya mereka yang tinggal di negara barat. Muslimah di Eropa maupun Amerika masih menghadapi penolakan terhadap Muslimah berjilbab.

Salah satu kasus yang masih membekas di dalam ingatan adalah tragedi yang menimpa Marwa El-Sherbini tahun 2009 silam. Marwa, Muslimah Mesir yang berdomisili di Jerman, ini meninggal dunia setelah ditusuk beberapa kali oleh seorang lelaki Jerman. Ironisnya, Marwa meninggal dalam persidangan setelah ia 

menuntut keadilan atas pelecehan yang dilakukan lelaki itu yang kerap mencaci Marwa dengan sebutan “teroris”. Lelaki yang ditutupi identitasnya itu—lalu dikenal dengan Alex Weins—tidak terima dengan keputusan pengadilan dan menikam Marwa yang tengah hamil 3 bulan hingga tewas. Yang lebih menyedihkan, suami Marwa yang hendak menolongnya justru ditembak oleh polisi yang mengiranya sebagai pelaku.
Tak lama setelah kasus Marwa merebak di dunia internasional, timbul dukungan dari dunia Muslim internasional untuk memperingati hari kematian Marwa pada tanggal 1 Juli 2009. Mulai tahun itu pula diusulkan agar tanggal 4 September yang pada awalnya merupakan Hari Solidaritas Jilbab Sedunia diubah menjadi Hari Jilbab Sedunia.

Sebagai Muslimah yang tinggal di negara mayoritas Islam, kita tentunya patut merasa bersyukur karena kini sudah tidak ada hambatan lagi bagi Muslimah untuk melaksanakan kewajibannya. Rasa syukur itu harus diwujudkan dengan pengembangan diri untuk membuktikan bahwa hijab bukanlah sebuah halangan dan bahwa Muslimah berjilbab pun mampu bersaing dengan perempuan di seluruh dunia. [Tika/Mizan.com, Dari berbagai sumber]

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda dibawah ini (Trisna Irianti)