
Judul Buku : Sirah
Nabawiyah
Penulis : Syaikh Shafiyyurahman Al- Mubarakfuri
Penerbit : Pustaka al- Kautsar
Tebal buku : 600
halaman
No ISBN : 978-979-592-664-1
Isi:
Posisi Bangsa Arab dan Kaumnya
Pada hakikatnya istilah Sirah Nabawiyah
merupakan ungkapan tentang risalah yang dibawa Rasulullah SAW kepada manusia, untuk mengeluarkan mereka
dari kegelapan kepada cahaya dari penyembahan terhadap hamba kepada penyembahan
Allah.
Posisi
Bangsa Arab
Menurut Bahasa, Arab
artinya padang pasir, tanah gundul, dan gersang yang tiada airnya dan
tanamannya.
Kaum-kaum Bangsa Arab
1.
Arab Ba’idah,
yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak secara rinci
dan komplit, seperti Ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Imlaq. Arab A’ribah yaitu
kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’arub Yasjub bin Qathan. Arab
Musta’rabah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma’il.
Tentang Arab Musta’rabah, cikal bakal
Kakek mereka yang tertua adalah Ibrahim Alaihssalam yang berasal dari Irak.
Sudah diketahui bersama bahwa Ibrahim Hijrah dari Irak termasuk ke Pakistan dan
menjadikan negri tersebut sebagai pijakan dakwah beliau. Beliau banyak
menyusuri negri ini dengan berharap belum akan sampai ke Mesir. Fir’aun,
penguasa merekayasa dan memasang siasat buruk terhadap istri beliau, Sarah.
Namun Allah justru mengembalikannya kelehernya sendiri. Hingga akhirnya Fir’un
tau kedekatan hubungan Sarah dengan Allah SWT. Dengan begitu dia menghadiakan putrinya
yaitu Hajar menjadi pembantu Sarah dan akhirnya
Sarah menikahkan Hajar dengan Ibrahim.
Ibrahim AS kembali ke Palestina dan Allah
menganugrahkan Isma’il dari Hajar. Sarah pun terbakar api cemburu. Dia memaksa
Ibrahim untuk melenyapkan Hajar dan putrnya yang masih kecil, Isma’il.
Maka Ibrahim membawa keduanya ke Hijaz
dan menempatkan mereka berdua disuatu semacam lembah dan menaruh mereka berdua
di tempat tersebut tempat yang hanya gundukan-gundukan tanah, gersang taka da
satupun orang. Rasa gelisah pun meliputi perasaan Ibrahim kemudian menaruh
putranya Ismail didalam tenda, tepatnya dekat mata air Zam-zam , lalu kemudian
Ibrahim kembali ke Palestina. Beberapa hari kemudian bekal mereka termasuk air
telah habis. Sementara tidak ada satu pun mata air yang mengalir. Tiba-tiba
berkat izin Allah mata air zam-zam memancar berkat karunia Allah, sehingga bisa
menjadi sumber penghidupan bagi mereka berdua disaat kesulitan Allah
menunjukkan kekuasaannya. Kini Air zam-zam tersebut tidak pernah habis hingga
saat ini.
Allah SWT telah menyebutkan didalam
Al-Qur’an, bahwa Ibrahim bermimpi saat tidurnya bahwa beliau akan menyembelih
anaknya yang ia kasihi, yakni Isma’il. Maka dari itu beliau bangun dari
tidurnya dan ingin melaksanakan apa yang ia mimpikan yang dianggap sebaga8
sebuah perintah dari Allah.
Dari rentetan berbagai kisah ini
menunjukkan bahwa peristiwa tentang mimpi Ibrahim ini terjadi sebelum kelahiran
Ishaq. Sebab kabar gembira tentang kelahiran Ishaq disampaikan setelah kejadian
kisah ini.
Cerita tersebut menyatakan bahwa peristiwa itu terjadi
sebelum Isma’il menginjak remaja. Isma’il pun mempelajari Bahasa Arab dari
kabilah Jurhum. Karena merasa tertarik kepadanya, maka mereka menikahkan dengan
salah seorang wanita dari golongan mereka.
Suatu ketika Ibrahim hendak menjenguk
keluarga yang ditinggalkannya. Maka beliau datang setelah usai pernikahan itu.
Ketika tiba dirumah Isma’il, Ibrahim tak menemukan anaknya dirumahnya maka
kemudian bertanyalah kepada istrinya, bagaimanakah keadaan mereka berdua.
Istrinya pun menjawab dengan nada mengeluhkan kehidupan merekaa yang susat lagi
melarat. Maka sebelum pulang Ibrahim menitipkan pesan kepada anaknya melalui
istrinya untuk disampaikan ke Ismail mengubah palang pintu rumahnya. Maka Ismail
menceraikan istrinya dan menikah lagi dengan wanita lain yaitu putri Mudhadh
bin Amru, pemimpin dan pemuka kabila Jurhum.
Setelah pernikahan Isma’il yang kedua ini,
Ibrahim datang lagi, namun Ismail tidak sedang berada dirumah. Beliau bertanya
kepada Istri Ismail yang kedua tentang bagaimana keadaan hidup rumah tangga
mereka. Istrinya pun menjawab adalah pujian kepada Allah. Maka kembalilah lagi
Ibrahim ke Palestina setelah menitipkan pesan lewat Istrinya Ismail. Agar
memperkuat palang pintu rumahnya ini.